Sunday, September 27, 2009

Tips Praktis Pendidikan Anak (1)

INSTRUKSI YANG JELAS

Anak sedang bermain hujan, orangtua mengatakan "Jangan bermain hujan"
Anak berebut mainan, orangtua berkata, "Jangan berebut"
Anak melempar mainan, orangtua mengatakan, "Jangan dilempar-lempar mainan"
Anak mandi terlalu lama, orangtua mengatakan, "Jangan terlalu lama mandinya"
Anak memukul adiknya, orangtua mengatakan, "Jangan memukul adik"

Itulah yang sering terdengar bila orangtua memberikan intruksi pada anaknya.
Berapa kali kata "jangan" diucapkan dalam seharinya?
Sepertinya kata-kata 'jangan' sudah turun temurun dari orangtua kita, dan tidak perlu berpikir lagi untuk diganti dengan kalimat yang lain.
Tujuan orangtua mengatakan "jangan" biasanya untuk melarang seorang anak melakukan sesuatu.
Namun apa yang terjadi?
Beberapa menit orangtua mengatakan "jangan", ternyata kemudian anak melakukan lagi apa yang dilarang itu.
Berarti kalimat "jangan" tidak efektif, karena tidak membuat anak jera atau tidak mengulangi perbuatan yang dilarang tersebut.

Cobalah kalimat larangan yang diawali dengan kata "jangan" diganti dengan kalimat instruksi.
Kalimat instruksi akan lebih mudah kalau bukan kalimat larangan.
Atau kalimat larangan diikuti dengan alasan mengapa larangan tersebut diberlakukan dan akan lebih baik lagi diberi alternatif kegiatan yang lain.

Menghilangkan kalimat yang diawali dengan "jangan" merupakan suatu tugas yang cukup berat bagi orang tua karena, sudah terbiasa untuk mengatakan "jangan".
Mencari kata gantinya cukup membutuhkan pemikiran.
Nah, hal ini juga menguntungkan berarti sebagai orangtua juga tidak sembarangan berbicara, tetapi berpikir dahulu sebelum bicara.
Cobalah dalam sehari saja menghitung berapa kata "jangan" yang diucapkan, kurangilah sedikit demi sedikit dampaknya insya Allah akan luar biasa, seperti:

1. Memudahkan anak untuk melakukan instruksi apa yang harus dilakukan, memberikan petunjuk secara langsung kepada anak apa yang harus dilakukan. Anak yang belum memiliki alternatif apa yang harus dilakukan, maka akan segera beralih untuk melakukan kegiatan yang lain yang disetujui oleh lingkungannya. Misalnya anak sedang bermain air minum. Biasanya orangtua mengatakan "jangan bermain air minum, nanti tumpah", gantilah misalnya dengan kalimat, "Oo anak Ibu mau bermain air ya... yuk kita bermain air di luar rumah yukkk" atau "kalau bermain air bisa membuat lantai licin, kalau lantai licin, bisa membuat bahaya kita, kita bisa terpeleset, kalau terpeleset bisa menyebabkan sakit...yuk kita bermain lego yuk"

2. Melatih orangtua untuk berpikir sebelum berbicara.
Kata-kata orangtua adalah merupakan doa, apalagi kata-kata seorang ibu. Sehingga sebagai orangtua perlu berhati-hati dalam berbicara. Orangtua kalau berbicara yang baik-baik dan bermanfaat saja. Misalnya anak sedang bermain pisau, orangtua mengatakan "jangan bermain pisau nanti terluka", artinya secara tidak langsung kalimat itu seperti mendoakan. Coba gantilah dengan kalimat, "pisau ini tajam, ibu ganti ya dengan pisau yang ini, yang gak membuat kita terluka" atau "Ibu sudah selesai memasak, yuk kita main di depan yuk, kita pindah ke ruang bermain yukk, mau main bola, atau bermain kelerang, atau bermain petak umpet dll"

3. Meningkatkan kreatifitas orangtua mencari alternatif kegiatan anak.
Pada saat anak bermain yang dilarang oleh orangtua, maka orangtua perlu mencarikan alternatif kegiatan yang lain, yang mengasyikkan anak. Orangtua perlu mempunyai alternatif kegiatan yang dapat mencerdaskan, tidak hanya kecerdasan intektual saja tetapi kecerdasan yang lain, seperti yang disampaikain oleh teorinya Howard Gardner berupa kecerdasan ganda, antara lain kecerdasan visual, linguistik, logika, fisik, musik, naturalis, interpersonal, intrapersonal dan spiritual. Buatlah fariasi kegiatan yang dapat menyeimbangankan kemampuan anak.

4. Menambah kualitas hubungan orangtua dan anak. Pada saat anak bermain yang dilarang maka orangtua dapat mencarikan alternatif bermain bersama yang lebih mengasyikkan yang diijinkan oleh orangtua. Misalnya bermain petak umpet, bermain ular tangga, bermain balap mobil, bermain congklak dll mainan yang membutuhkan interakasi dengan orangtua. (bersambung)

No comments: